Senin, 19 November 2012

Materi Proyeksi Peta


MATERI PROYEKSI PETA

Peta merupakan gambaran permukaan bumi dalam skala yang lebih kecil pada bidang datar. Suatu peta ‘idealnya’ harus dapat memenuhi ketentuan geometrik sebagai berikut :

􀀹 Jarak antara titik yang terletak di atas peta harus sesuai dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

􀀹 Luas permukaan yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

􀀹 Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi

􀀹 Bentuk yang digambarkan di atas peta harus sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

Pada daerah yang relatif kecil (30 km x 30 km) permukaan bumi diasumsikan sebagai bidang datar, sehingga pemetaan daerah tersebut dapat dilakukan tanpa proyeksi peta dan tetap memenuhi semua persyaratan geometrik. Namun karena permukaan bumi secara keseluruhan merupakan permukaan yang melengkung, maka pemetaan pada bidang datar tidak dapat dilakukan dengan sempurna tanpa terjadi perubahan (distorsi) dari bentuk yang sebenarnya sehingga tidak semua persyaratan geometrik peta yang ‘ideal’ dapat dipenuhi. 

4.1 Pengertian Proyeksi Peta
Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena permukaan bumi fisis tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis tersebut. Model matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-besaran tertentu. Maka secara matematis proyeksi peta dilakukan dari permukaan ellipsoid putaran ke permukaan bidang datar.
IV - 1
 Gambar 4.1 Proyeksi peta dari permukaan bumi ke bidang datar

 Gambar 4.2 Koordinat Geografis dan Koordinat Proyeksi 
Proyeksi peta diperlukan dalam pemetaan permukaan bumi yang mencakup daerah yang cukup luas (lebih besar dari 30 km x 30 km) dimana permukaan bumi tidak dapat diasumsikan sebagai bidang datar. Dengan sistem proyeksi peta, distorsi yang terjadi pada pemetaan dapat direduksi sehingga peta yang dihasilkan dapat memenuhi minimal satu syarat geometrik peta ‘ideal’. 

4.2 Klasifikasi dan Pemilihan Proyeksi Peta
Proyeksi peta dapat diklasifikan menurut bidang proyeksi yang digunakan, posisi sumbu simetri bidang proyeksi, kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan geometrik yang dipenuhi.

4.2.1 Menurut bidang proyeksi yang digunakan
Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan gambaran permukaan bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang dapat didatarkan. Menurut bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah:

􀀹 Proyeksi Azimuthal
Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah garis yang melalui pusat bumi dan tegak lurus terhadap bidang proyeksi.

􀀹 Proyeksi Kerucut (Conic)
Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari kerucut yang melalui pusat bumi.

􀀹 Proyeksi Silinder (Cylindrical)
Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari silinder yang melalui pusat bumi.


4.2.2 Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan
Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah:

􀀹 Proyeksi Normal (Polar)
Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi

􀀹 Proyeksi Miring (Oblique)
Sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi

􀀹 Proyeksi Transversal (Equatorial)
Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus terhadap sumbu bumi


 
Tabel 4.1 Jenis proyeksi peta menurut bidang proyeksi dan posisi sumbu simetrinya

4.2.3 Menurut kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi
Ditinjau dari kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, proyeksi peta dibedakan menjadi :

􀀹 Proyeksi Tangent (Menyinggung)
Apabila bidang proyeksi bersinggungan dengan permukaan bumi

􀀹 Proyeksi Secant (Memotong)
Apabila bidang proyeksi berpotongan dengan permukaan bumi
 
Gambar 4.4 Kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi


4.2.4 Menurut ketentuan geometrik yang dipenuhi :
Menurut ketentuan geometrik yang dipenuhi, proyeksi peta dibedakan menjadi :

􀀹 Proyeksi Ekuidistan
Jarak antara titik yang terletak di atas peta sama dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

􀀹 Proyeksi Konform
Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan di atas peta sama dengan besar sudut atau arah sebenarnya di permukaan bumi, sehingga dengan memperhatikan faktor skala peta bentuk yang digambarkan di atas peta akan sesuai dengan bentuk yang sebenarnya di permukaan bumi.

􀀹 Proyeksi Ekuivalen
Luas permukaan yang digambarkan di atas peta sama dengan luas sebenarnya di permukaan bumi (dengan memperhatikan faktor skala peta)

4.3 Pemilihan proyeksi peta
Dalam pemilihan proyeksi peta yang akan digunakan, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu

􀀹 Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan

􀀹 Lokasi geografis dan luas wilayah yang akan dipetakan

􀀹 Ciri-ciri asli yang ingin dipertahankan atau syarat geometrik yang akan dipenuhi

Dalam melakukan pemilihan proyeksi peta sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini:

􀀹 Pemetaan topografi suatu wilayah memanjang dengan arah barat-timur, umumnya menggunakan proyeksi kerucut, normal, konform, dan menyinggung di titik tengah wilayah yang dipetakan. Proyeksi seperti ini dikenal sebagai proyeksi LAMBERT.

􀀹 Pemetaan dengan wilayah yang wilayah memanjang dengan arah utara-selatan, umumnya menggunakan proyeksi silinder, transversal, konform, dan menyinggung meridian yang berada tepat di tengah wilayah pemetaan tersebut. Proyeksi ini dikenal dengan proyeksi Tranverse Mercator (TM) atau Universal Tranverse Mercator (UTM).

􀀹 Pemetaan wilayah di sekitar kutub, umumnya menggunakan proyeksi azimuthal, normal, konform. Proyeksi ini dikenal sebagai proyeksi stereografis.

4.4 Proyeksi Peta yang umum dipakai di Indonesia
4.4.1 Proyeksi Polyeder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′. Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis meridian standar disebut sebagi ‘titik nol’ (ϕ0, λ0) bagian derajat tersebut. Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak garis
paralel standar (ϕ0) sedangkan digit kedua yang menggunakan angka arab menunjukan garis meridian standarnya (λ0).
Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :

􀂃 Paralel standar : dimulai dari I (ϕ0=6°50′ LU) sampai LI (ϕ0=10°50′ LU)

􀂃 Meridian standar : dimulai dari 1 (λ0=11°50′ BT) sampai 96 (λ0=19°50′ BT)

Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta (λjakarta=106°48′ 27′′,79 BT)
Gambar 4.5 Bagian derajat Proyeksi Polyeder
4.4.2 Proyeksi Tranverse Mercator
Proyeksi Tranverse Mercator adalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder, tranversal, conform dan menyinggung. Pada proyeksi ini secara geografis silindernya menyinggung bumi pada sebuah meridian yang disebut meridian sentral. Pada meridian sentral, faktor skala (k) adalah 1 (tidak terjadi distorsi). Perbesaran sepanjang meridian akan semakin meningkat pada meridian yang semakin jauh dari meridian sentral kearah timur maupun kearah barat. Perbesaran sepanjang paralel semakin akan meningkat pada lingkaran paralel yang semakin mendekati equator. Dengan adanya distorsi yang semakin membesar, maka perlu diusahakan untuk memperkecil distorsi dengan membagi daerah dalam zone-zone yang sempit (daerah pada muka bumi yang dibatasi oleh dua meridian).
Lebar zone proyeksi TM biasanya sebesar 3º. Setiap zone mempunyai meridian sentral sendiri. Jadi seluruh permukaan bumi tidak dipetakan dalam satu silinder

 
 Gambar 4.6 Proyeksi Mercator
4.4.3 Proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM)
Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi UTM adalah :

a. Proyeksi : Transvere Mercator dengan lebar zone 6°.

b. Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone

c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator

d. Satuan : Meter

e. Absis Semu (T) : 500.000 meter pada Meridian sentral

f. Ordinat Semu (U) : 0 meter di Ekuator untuk belahan bumi

bagian Utara dan 10.000.000 meter di
Ekuator untuk belahan bumi bagian
Selatan

g. Faktor skala : 0,9996 (pada Meridian sentral)

h. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 1 dari 180° BB s/d 174° BB,Tzone 2 dari 174° BB s/d 168° BB, dan seterusnya sampai zone 60 yaitu dari 174° B s/d 180° BT.

i. Batas Lintang : 84° LU dan 80° LS dengan lebar lintang untuk masing-masing zone adalah 8°, kecuali untuk bagian lintang X yaitu 12°.

j. Penomoran bagian derajat lintang : Dimulai dari notasi C , D, E, F sampai X (notasi huruf I dan O tidak digunakan).


Gambar 4.7 Pembagian Zone Proyeksi UTM
Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, dimulai dari meridian 90° BT sampai meridian 144° BT dengan batas lintang 11° LS sampai 6° LU. Dengan demikian, wilayah Indonesia terdapat pada zone 46 sampai dengan zone 54.
4.4.4 Proyeksi Tranverse Mercator 3° (TM-3°)
Proyeksi TM-3° adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi TM-3° adalah :

a. Proyeksi : Transverse Mercator dengan lebar zone 3°

b. Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone

c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator

d. Satuan : Meter

e. Absis Semu (T) : 200.000 meter + X

f. Ordinat Semu (U) : 1.500.000 meter + Y

g. Faktor skala : 0,9999 (pada Meridian sentral)

h. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 46.2 dari 93° BT s/d 96° BT, zone 47.1 dari 96° BT s/d 99° BT, zone 47.2 dari 99° BT s/d 102° BT, zone 48.1 dari 102° BT s/d 105° BT dan seterusnya sampai zone 54.1 dari 138° BT s/d 141° BT

i. Batas Lintang : 6° LU dan 11° LS

Proyeksi TM-3° digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Proyeksi ini beracuan pada Ellipsoid World Geodetic System 1984 ( WGS ‘84) yang kemudia disebut sebagai Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN ‘95)
Tabel 4.2 Daftar Zone Proyeksi UTM dan TM-3° untuk Wilayah Indonesia

Jumat, 13 Agustus 2010

Sedikit Tentang Kasur Usang

Kasur yang tlah usang
Kapuknya keras dan kempot
Bau apak

Kasur yang tlah usang
Habis dimakan untaian detik
Juga ada debu

Tapi apakah kau pernah dengarkan ia?
Kasur yang slalu diam
Memendam sgala rasa

Dari awal baru hingga kini usang
Tak secuilpun berucap
Mungkin berucap tapi sehalus laju mobil di antara bajaj

Hmmm...
Sungguh berat
Bagaimana ia bisa bertahan sampai usang?
Tapi, apakah dia merasa usang?

Sungguh rumit..
Ironi yang menakutkan.

Rabu, 10 Februari 2010

AKU
sudah lama memang
diam dan diam

AKU
sudah lama memang
terlalu lama
tenggelam dan semakin dalam

AKU
sudah lama memang
sangat lama
hilang dan hilang

 AKU
sudah lama memang
terlalu sangat  lama

dan AKU
kini kembali
ya, sudah lama memang...

Kamis, 07 Januari 2010

Di Sore Ini
Linjana bengong tanpa ekspresi melihat jam dinding yang baru saja menyalak empat kali menyatakan dengan angkuh bahwa waktu yang disebut pukul empat sore baru saja menjelma.  “ Ternyata aku tlah tidur empat jam”, gumamnya dalam hati.  Segera ia teringat akan hand phone miliknya.  Tanpa beranjak sedikitpun dari tempat tidur, dilihatnya handphone yang tergeletak tak berdaya di sampingnya itu.  “ Ah, tak dibalas”, gumamnya kecewa disertai perubahan air mukanya menjadi sekusut seprei yang teracak akan tubuh tambunnya.  Seketika itu dipejamkan kembali kedua bola matanya itu.
Dalam terpejam ia begitu merasa aneh.  Ia tak habis pikir mengapa hanya kerna pesan singkat yang ia kirim tak kunjung mendapat balasan ia menjadi begitu tak bersemangat.  Diambilnya nafas dalam-dalam dan dihembuskannya kuat-kuat seraya membuka mata dengan malas, “Mungkinkah aku?”, pikirnya, “Ah! Tak mungkin!”, gumamnya menolak hypothesis yang baru saja terlintas di kepalanya.
Memang, sekarang Linjana bimbang.  Ia tak mau mengakui bahwa ia tengah terjangkit virus ”yang mereka sebut sebagai cinta”.  Dan jika kau Tanya mengapa, maka ia akan menjawab dingin, “Tersisakah apa yang mereka sebut dengan cinta itu untukku?”, dan dia akan memeruskan ucapnya, “Lagipula aku juga tak mengerti  dengan apa yang mereka sebut cinta itu”.  Itulah Linjana, orang yang merasa tak pernah jatuh cinta.  Baginya persahabatan lebih menarik daripada “apa yang mereka sebut cinta”.  Tapi jauh di dalam hatinya sebenarnya ia juga memendam suatu rasa yang ia sendiri tak tahu apa itu pada seorang gadis yang menurutnya cantik, pintar, cerdas, dan sangat sempurna.  Anehnya, jika ia bertemu dengan gadis itu, untuk tersenyum menyapanya saja Linjana merasa begitu sulit, padahal Linjana terkenal ramah dan suka menyapa meskipun ketika ia menyapa seseorang ia hanya akan berkata, “hai” dan tersenyum sambil lalu.  Entah apa pula yang dirasakan seorang yang Linjana kagumi itu padanya.  Dalam bait-bait peasn singkat yang Linjana kirim, Linjana begitu terlihat ramah, suka bercanda dan pandai bermain kata, tetapi di dalam kehidupan sehari-harinya ia menemukan seorang Linjana sebagai orang yang begitu kaku kepadanya.  Mungkin juga terlintas dibenaknya bahwa seorang Linjana berkepribadian ganda.  Tapi jika ia pikir seperti itu maka ia salah besar.  Linjana hanya luntur kepercayaan dirinya tanpa sebab jika bertemu dengannya, sehingga hanya berlalu bagai angin yang bisu.
Setelah menguap dan menggeliat beberapa kali, iapun beranjak dari kamar tanpa mematikan lampu dengan wajah kusut dan langkah yang amat malas.  Ia merasa kantung kemihnya penuh dan harus segera mengkosongkannya kembali.  “Eh, anak ibu sudah bangun”, sapaan setengah mengejek dari ibunya yang tengah menonton televisi bersama adik terkecilnya Tereza.  Linjana adalah anak pertama dai tiga bersaudara.  Adaik pertamanya bernama Arvi.  Hampir mirip dengan Linjana, Arvi bertubuh tambun.  Tetapi Arvi berkulit lebih cerah dari Linjana.  Arvi memang membawa gen warna kulit dari ibunya sementara Linjana mewarisi gen warna kulit dari ayahnya yang berkulit sawo matang.  Arvi berumur sepuluh tahun.  Lebih muda lima tahun dari Linjana dan lebih tua dua tahun dari Tereza.  Linjana tak begitu menggubris sapaan ibunya, ia hanya menguap dan berlalu dari ruang keluarga menuju ke kamar mandi di dapur.  Baru beberapa langkah meninggalkan, “Linjana! Matikan dulu lampu kamarmu! Listrik itu juga bayar!”, kata ibunya agak meninggikan nada bicaranya.  Ayah Linjana yang sedang bekerja di ruang belajar melirik Linjana dan kembali sibuk dengan pekerjaannya. “Sebentar bu, sudah gak tahan!”, jawab Linjana sambil mempercepat langkahnya ke kamar mandi.  Sayup-sayup masih terdengar suara ibunya dengan nada agak kesal itu ketika Linjana sampai di kamar mandi.  Segera saja ia mengkosongkan kantung kemihnya.  Setelah semua bersih, Linjana pun memutuskan untuk mengambil air wudlu dan kembali ke kamarnya.  Dari kejauhan, ia melihat lampu kamar bercat hijau itu telah dimatikan.  Bukan hanya itu, gorden bertema senada dengan cat kamarnyapun telah terbuka lebar sehingga menyilakan sinar mentari senja memenuhi ruang itu.  Linjana hanya tersenyum nakal dan ketika bertemu ibunya yang masih duduk santai di ruang keluarga ia berkata, ”Terimakasih bu”, dan kontan dijawab ibunya dengan nada yang masih agak kesal, ”Jangan dibiasakan seperti itu, termasuk pemborosan. Dan tak tahukah kamu Linjana, di luar sana masih banyak rumah-rumah yang amat mendambakan benderangnya cahaya lampu, maukah kau jika Allah mencabut nikmatnya itu darimu karena kamu tak memanfaatkannya dengan baik?”, ya, ya, ya, semua yang dikatakan ibu Linjana selalu benar.  Masih banyak kaum yang mendambakan rumahnya mendapat cahaya lampu di malam yang gulita.  Linjanapun kembali menatap ibunya dan sekali lagi berkata, “Terimakasih bu” sambil tersenyum dan kemudian masuk kembali ke kamar, mengenakan sarung dan menjalankan kewajiban utamanya pada satu-satunya Tuhan yang ia yakini ada, Allah SWT.  Memang, kebiasaan terburuk Linjana adalah ketika ia berada di dalam kamar, ia selalu menutup pintu, menutup gorden dan menyalakan lampu.
Setelah selesai menjalankan empat rekaat sholat ashar, iuapun berdzikir dan  meluapkan segala keluh kesah kepada Allah.  Tak Lupa ia mendoakan kedua orang tua tersayangnya, adik-adiknya dan seluruh umat muslim di dunia.  Linjanapun tak henti-hentinya bersyukur atas segala yang telah Allah berikan untuknmya.  Tak lupa ia meminta pada Allah akan kemakmuran negaranya.  Ia begitu prihatin atas kasus-kasus yang mengikis darah daging kekayaan negaranya.  Ia tak henti heran, mengapa para petinggi-petinggi itu begitu tamak akan harta.  Memang, harta bisa membeli segala di dunia.  Tapi itu takkan lama dan takkan selamanya karena duniapun punya batas usia yang telah ditentukan olehNYA, lama sebelum IA menciptakan itu.  Dan bagi Linjana, uang yang diperoleh dari hasil yang “kotor” tak akan mampu memberi kebahagiaan.  Hanya mampu memberi kebahagiaan semu yang berujung pada siksa dari Allah pada alam kekal nanti.  Tapi itulah manusia, makhluk yang takkan pernah puas dengan apa yang dimilikinya.  Memang benar pepatah yang mengatakan, “ rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau ”.
Setelah ia puas berkeluh kesah kepada sang Pencipta, ia kembali merebahkan tubuhnya.  Diambilnya gitar dan ia segera menyanyikan sebuah lagu yang ia gubah sendiri.  Lagu itu ia ciptakan untuk mengungkapkan sedikit perasaannya kepada gadis yang sama sejak dari dulu hingga sekarang.  Dan lagu itu ia beri judul “Suara Jiwa ”.  Ia bernyanyi di nada D = do.  Ia slalu merasa bahagia ketika melantunkan lagu itu.  Lagu ini pula yang membuatnya takkan pernah bisa melupakan gadis poujaan hatinya itu.  Meskipun lagu itu tak pernah ia perdengarkan kepada siapapun.  Ia bercita-cita memperdengarkan lagu itu kepada seorang gadis yang begitu ia kagumi itu ketika suatu nanti jika ia sudah tak kehilangan kepercayaan dirinya saat berpapasan dengannya.  “Apakah aku benar-benar merasakan apa yang mereka sebut dengan cinta?”, pikirnya dalam hati ketika bibirnya sibuk melantunkan larik demi larik syair lagu itu.  “Tapi, mengapa aku tak berani mengatakan itu meski pada diriku sendiri”,  meneruskan kebimbangan dalam hatinya sambil terus melantunkan bait demi bait lagu kesayangannya itu.  Dan lamunan linjana segera sirna ketika dengan angkuhnya, hand phone yang hampir saja ia lupakan keberadaannya menjerit menyatakan adanya sebuah pesan masuk.  Segera letakkan gitarnya dan mengambil hand phone yang sedari tadi tergeletak di sebelahnya. 
1 message

Princess

30-12-09, 16 : 30
Senyum segera berkembang di bibir linjana yang agak kehitaman tetapi bukan karena rokok, ia mewarisinya dari ayahnya.  “Mengapa kau begitu lama”, gumamnya sambil membuka pesan itu. 
Sori, balesnya lama…
Q td g d perjalanan pulng dari rumah.na kakek q…
Capek banget nih…
“Pantas saja SMS ku lama sekali dibalas”, kata Linjana dalam hati.  Linjana memang sudah hafal akan kebiasaan gadis cantiknya itu.  Ia takkan menundukkan lama-lama kepalanya dalam mobil karena ia akan segera merasa pusing.  Itulah sebab ia takkan membalas pesan singkat ketika berada di dalam mobil.    “tak apa cantik, tak apa”, gumam Linjana dan segera Linjana membalas SMS dari gadis yang begitu ia idam-idamkan itu.
^_^   gak pa2…
Mandi gih,… dah sore…
Dan sebuah SMS kembali membuat hand phone Linjana berteriak.
Tau aja lo q lom mandi, hehehe…
Ya dah, tak mandi dulu ya, ta-ta… ^-^
Linjana terkekeh sendiri.  Ia begitu bersemangat sekarang, “Inikah?”, gumam Linjana dalam senyum bahagianya.  Diraihnya bulpoint hitam dan segea ia goreskan pada selembar halaman buku.
Disore Ini
Kali ini diriku benar-benar terselimuti
Perasaan bersemi bagai mekar bunga melati
Tak bisa berkata dab hanya menatap indah pada segala

Anak panah sang dewi tlah begitu dalam pada hati
Dan si anak ingusan inipun melayang bermusuh gravitasi
Hanya bahagia
Hanya bahagia

O, samakah ia?


Notes:  Aku benar-benar tengah terjangkit apa yang mereka sebut “cinta”.  Karena kau… 
hanya karena dirimu… 
hanya dirimu Icha…


  
Ehrm…  aku mau ngucapin terima kasih sebanyak-banyaknya atas selesainya tulisan singkat ini kepada Allah SWT, mamah, papah, adek-adekku, my green room, my pen, dan of course you all who read it…  please,,, give your comment guys!!!!

 
        
                   

Sabtu, 19 Desember 2009

Curhat Setan 2: Only God Knows Why

Tadi malam, Tuan Setan curhat lagi, tentang banyak hal. Ia heran melihat banyak di antara kita, para manusia, yang memilih untuk “menyerah” dan “putus asa” menghadapi berbagai persoalan hidup yang mereka hidupi dan hidup yang ingin mereka hidup-hidupkan. Sebagian lain bahkan menjalani hidup dengan cara yang menurutnya sangat memalukan. “Belakangan ini para manusia menjadi semakin cengeng dan terlihat tolol!” Katanya kesal.

Ia berkali-kali mengurut dada, menggelengkan kepala, mencoba mengerti apa yang terjadi di sekelilingnya—ia tak mampu menyembunyikan rasa kesalnya. Rahangnya menguat, terdengar gigi-giginya gemeretak. Ia lalu mencontohkan seorang ayah yang tega membanting anaknya sendiri yang masih bayi sampai mati, seorang Ibu yang membawa serta dua anaknya bunur diri dengan membakar diri hidup-hidup, lelaki tambun yang mengakhiri hidupnya dengan terjun dari lantai delapan sebuah pusat perbelanjaan—semuanya karena persoalan ekonomi. Di sisi lain, mereka yang berkelimpahan harta lupa bagaimana caranya memaknai kemanusiaan; pejabat yang tega menghabisi uang rakyat, penegak hukum yang kian buta memaknai keadilan dan kebenaran. “Ini aneh!” Katanya. “Gue juga nggak gitu-gitu amat, bro!”

Ia membetulkan posisi duduknya. Tak lama berselang, ia bangkit menuju jendela. Menghela napas panjang. “Apa ini salahku? Seperti kata mereka.” Katanya lemas. “Rasanya, aku tak pernah secara spesifik meminta mereka berbuat sekeji dan sejahat itu. Mereka terlalu kreatif merespon godaanku, tafsir mereka terlalu liar atas apa saja yang kubisikan pada telinga mereka. Faktanya, aku hanya berkata, ‘Sahabat Super yang saya cintai, bangkitkan sisi negatifmu. Lalu lihat apa yang akan terjadi!’”

Sekali lagi, ia menggelengkan kepalanya. “Aku tak mengira efeknya separah ini!”

Saya bingung sendiri mendengarnya berkeluh kesah seperti ini. Lagi pula, benar juga apa yang dia bicarakan. Aku jadi ingat kata-kata sahabatku yang lain, Jalaluddin Rumi, “Manusia bisa lebih buruk daripada setan, juga bisa lebih baik melampaui malaikat.” Mungkin fenomena ini yang sekarang terjadi di sekeliling kita. Entah tanda-tanda apa ini. Mungkin kiamat memang kian dekat—atau kemanusiaan kita kian surut, lantas kita merasa biasa saja menyaksikan pembunuhan, melihat kejahatan, menatap ketidakadilan, melakukan kecurangan, kebohongan, penganiayaan, dan seterusnya.

“Sudahlah, Tuan Setan. Tak usah terlalu dipikirkan, yang penting kita tak melakukan itu.” Saya mencoba menenangkan.

Tiba-tiba, dia terlihat semakin marah. Wajahnya memerah, matanya membulat. Nyali saya tentu saja ciut melihatnya.

“Kau juga mulai sama saja, Fahd!” Bentaknya. “Aku tak pernah membiarkan teman-teman sesama setan berbuat hal yang tak semestinya mereka perbuat. Kami selalu setia pada karma. Kami tak ingin membiarkan sebagian di antara kami menjadi ‘salah’ dan kami diam saja. Itu prinsip. Tertulis jelas dalam undang-undang dasar yang melandasi setiap langkah dan perbuatan kaum setan. Kebenaran dan keadilan yang kau yakini adalah harga mati bagimu untuk kaubela dan kaujunjung tinggi tanpa kompromi!”

Saya tertunduk malu. “Ya, ya, sejujurnya saya juga sedih melihat banyak orang di sekeliling saya kian banal saja. Mereka seolah kehilangan kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, memilah mana keadilan dan pengkhianatan. Saya juga muak melihat keputusasaan yang menular, kepedulian yang memudar.”

“Baguslah kalau begitu.” Katanya.

Kami lantas berbincang soal banyak hal. Tuan Setan merasa sudah saatnya untuk pensiun dari tugasnya. “Manusia udah nggak asyik lagi.” Katanya. “Kalau semua sudah jahat dan keliru-keliru, lalu apalagi tugasku? Ini malah melebihi target yang diamanatkan undang-undang dasar setan.”

Hmmm… Barangkali benar, manusia sudah berada pada level yang jauh lebih buruk dari makna keburukan itu sendiri. Atau jangan-jangan, kita sudah tak mengerti batas antara kebaikan dan keburukan lantas melakukan apa saja hal-hal yang “melampaui batas”. Jauh sebelum hari ini, kita begitu kaget mendengar kabar seorang ayah yang membunuh anaknya sendiri. Tapi hari ini, kabar itu menjadi teman makan siang kita. Jauh sebelum hari ini, kita begitu bergidik melihat perselingkuhan seorang anak gadis dengan ayahnya sendiri, seorang ibu dengan anak lelakinya sendiri. Kini, semua itu biasa saja kita dengar. Oh, ada apa dengan kemanusiaan kita? Jauh sebelum hari ini, penguasa lalim, hakim yang berkhianat, pejabat yang bangsat, agamawan yang penipu, hanyalah bagian dari cerita dongeng yang membuat kita membenci mereka setengah mati. Kini, setiap hari kita bersitatap dengan mereka. Berbincang dengan mereka. Dan merasa biasa-biasa saja. Oh, ada apa dengan kemanusiaan kita?

“Bawakan gitar. Aku ingin bernyanyi.” Kata Tuan Setan menarikku dari lamunan.

***

I’ve been sittin’ here
Tryin’ to find myself
I get behind myself
I need to rewind myself
Lookin’ for the payback
Listen for the playback
They say that every man
Bleeds just like me

And I feel like number one
Yet I’m last in line
I watch my youngest son
And its help to pass the time
I take to my pills
Its helps to ease the pain
I made a couple of dollar
Bills still I feel the same

Ya, saya mengenal lagu itu. Only God Knows Why dari Kid Rock dalam album Devil Without a Cause. Lagu favorit Tuan Setan. Sejujurnya, ini agak aneh. Lagu itu biasanya dinyanyikan saat Tuan Setan sedang sangat sedih. Saat ia menyesali dirinya sendiri. Apakah kabar-kabar buruk yang berseliweran belakangan ini membuatnya benar-benar sedih dan gundah? Ya, ya, bisa saja. Saya juga terlampau sedih dan gundah mendengarnya.

Bahkan di saat-saat yang terburuk, seseorang yang kautuduh Si Tuan Keburukan ini, tak melakukan hal-hal yang terlalu buruk—ia tak memutuskan bunuh diri atau membunuh anaknya sendiri, bukan? Ia tak “menatap keluar” sebagai musabab kesalahan. Ia menatap dirinya sendiri dan mencoba memperbaiki semuanya. Ia tak menyerah dan takluk, ia mencoba untuk terus menerus bangkit, bersabar, dan bertahan—tiga sifat yang kita curigai tak pernah dimiliki setan atau orang-orang jahat.

Tuan Setan berhenti sejenak. Ia lupa meneruskan pada kunci apa kord-nya harus dilanjutkan. Saya tak berani menyela. Ia sedang serius. Tak lama kemudian ia bernyanyi lagi.

Everybody knows my name
They say it way out loud
A lot of folks f**k with me
It’s hard to hang out in crowds
I guess that’s the price you pay
To be some big shot like I am
Outstretched hands and one night stands
Still I can’t find love

And when your walls come tumbling down
I always be around
And when your walls come tumbling down
I always be around

People don’t know bout
the things I say and I do
They don’t understand about
The shit I’ve been trough
It’s been so long since
I’ve been home
I’ve been gone
I’ve been gone far way too long

Barangkali itulah salah satu alasan Tuan Setan melakukan hampir segala hal dalam sembunyi, ia sendiri sebenarnya malu atas apa yang pernah ia perbuat di masa lalu. Tapi kita? Kita seperti tak pernah mengerti makna rasa malu—berkali-kali berbuat kesalahan, kejahatan, kebohongan, kenistaan, pengkhinatan, perselingkuhan pun kita tak pernah memilih untuk sembunyi. Kita selalu “terlihat”. Cuek saja di hadapan banyak orang. Dan tak jarang kita merasa bangga atas kejahatan yang kita perbuat. Oh, ada apa dengan kemanusiaan kita?

Suara Tuan Setan tiba-tiba meninggi. Tapi terdengar kian serak dan bergetar.

Maybe I forgot all the things I’ve missed
Oh somehow I know there’s more to life than this
I said it too many times
And I still stand firm
You get what you put ini
And people get what they deserve

Ya, ya, ya. Diri kita sepenuhnya ditentukan oleh apa yang kita perbuat, dan setiap orang ditentukan sepenuhnya oleh apa saja yang mereka lakukan dalam hidup yang mereka hidupi dan hidup yang ingin mereka hidup-hidupkan. Itu saja soalnya. Beranikah kita mengambil jarak dari kejahatan-kejahatan, kebohongan-kebohongan, kesalahan-kesalahan, dan mulai melakukan apa saja yang benar, apa saja yang jujur. Sama sekali tak ada alasan untuk berkubang dalam kesalahan-kesalahan yang bodoh, sama sekali tak ada alasan untuk menyerah dalam lingkaran kebohongan dan pengkhianatan, sama sekali tidak. Sebab kitalah yang menentukan hidup kita sendiri, kitalah penguasa atas jiwa kita sendiri. Panjatlah tebing itu, lompatilah, jemputlah masa depan baru yang setia dan berpihak pada keadilan, kejujuran, dan kebaikan.

Still I ain’t seen mine
No I ain’t seen mine
I’ve been giving just ain’t gettin’
I’ve been walking that there line
So I think I’ll keep on walking
With my head held high
I’ll keep moving on and
Only God knows why


Biarlah Tuan Setan menjalankan tugasnya. Biarkanlah ia terus menggoda kita. Tapi, biarkan sampai di situ saja. Jangan sampai kita kehilangan kemanusiaan kita. Manusialah yang memiliki kemampuan dan kesempatan untuk memilih yang baik atau yang buruk, kebaikan atau kejahatan, kebohongan atau kejujuran, pengkhianatan atau kesetiaan. Setan bahkan malaikat tak punya pilihan-pilihan itu.

“Aku sudah tak memiliki kesempatan untuk menjadi baik, Fahd.” Kata Tuan Setan di sela-sela nyanyiannya. “Only God, only God knows why… Only God knows why… Tapi aku ingin memberikan kesempatan pada manusia untuk meraih kebaikan paling sempurna, yakni ketika mereka mampu melampaui godaan dan ajakanku, mengabaikannya, dan menjemput kebaikan-kebaikan, kebenaran-kebenaran yang memang seharusnya mereka pilih. Itulah tugasku, menjaga gawang keburukan. Itulah tugasku, only God knows why… Aku ditugaskan untuk menyempurnakan nilai kebaikan. Berseberangan dengan-Nya adalah suatu kehormatan bagiku. Sebab hanya dengan begitu yang baik akan semakin terang benderang dan jelas untuk kalian pilih. Sekarang, semua terserah kalian.”

Saya menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Ada yang bergetar dalam dada. Memang benar sepertinya. Tak ada alasan lagi untuk menunda memosisikan diri sebagai tuan bagi diri kita sendiri. Kitalah yang memilih melakukan kebenaran atau kejahatan, bukan siapapun. Oh, sudah saatnya kita menemukan kembali kemanusiaan kita. Bila kejahatan-kejahatan dan keburukan-keburukan yang selama ini ada di sekeliling kita adalah hasil akumulasi dari kejahatan-kejahatan dan keburukan-keburukan pribadi, sudah saatnya kita mengubahnya. Mulailah memilih segala yang baik dan yang benar dari diri kita sendiri, biarkan semua itu terus-menerus terakumulasi; lalu lihat apa yang akan terjadi!

Tuan Setan sudah menghilang tiba-tiba dari hadapan saya. Diam-diam saya ingin melakukan kebaikan pertama malam ini dengan berkata tulus padanya, “Terima kasih, Tuan Setan.” Dan kebaikan kedua? Saya menuliskan “curhat” ini buat kalian—semoga benar-benar menjadi kebaikan.

Kau ingin berbuat baik hari ini? Kau sudah melakukannya dengan membaca “curhat” ini. Lakukanlah tugas berikutnya, re-post catatan ini di note Facebook-mu, di blog, milist, atau di mana saja. Lalu lihat apa yang akan terjadi!


Xoxo,

Fahd Djibran

Penulis buku Curhat Setan (GagasMedia, 2009)